Penyuluhan Penerapan untuk Peningkatan Budaya K3 di tempat kerja di PT XYZ, Karang Ampel, Indramayu
Main Article Content
Abstract
Pentingnya penerapan Program peningkatan Budaya K3 di tempat kerja di PT XYZ, Karang Ampel, Indramayu”sudah seharusnya menjadi kebiasaan sehari-hari. Budaya K3 yang baik dapat membentuk perilaku pekerja terhadap keselamatan kerja yang diwujudkan melalui perilaku aman dalam melakukan pekerjaan, yang menjadi tantangan besar bagi seorang pemimpin keselamatan dalam membangun budaya K3 di tempat kerja, karena mereka harus mengubah kebiasaan banyak orang. Tidak dapat disangkal hingga kini aspek "kesehatan dan keselamatan kerja (K-3) belum mendapat perhatian serius di Indonesia. Kalaupun hal tersebut sering dibicarakan diberbagai seminar dan diskusi, umumnya tidak disertai dengan konsep implementasi yang jelas dan konkrit. Kenyataan ini tentu tidak akan menguntungkan bagi Indonesia di masa mendatang, sebab masalah tersebut sejak dua dekade silam sudah menjadi isu internasional yang serius, karena berkaitan erat dengan berbagai masalah lainnya yang kini mendapat sorotan dunia. . Pembinaan Peningkatan Budaya K3 di tempat kerja di PT XYZ, Karang Ampel, Indramayu”dapat dilakukan dalam bentuk program sebagai bentuk perwujudan pemberian pengalaman pengetahuan atau menciptakan suatu kondisi yang kondusif bagi individu, keluarga, kelompok dan masyarakat sekitar operasional PT.XYZ, untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku agar dapat menerapkan Budaya K3 tidak bisa dibentuk oleh satu individu, tetapi harus melibatkan semua orang yang ada di dalam organisasi atau perusahaan. Budaya keselamatan (Safety Culture) harus dilaksanakan oleh seluruh sumber daya yang ada, pada seluruh tingkatan dan tidak hanya berlaku untuk pekerja saja. Dari aspek penggunaan teknologi, misalnya perkembangan teknologi industri yang maju dengan pesat disatu sisi telah memberikan manfaat luar biasa bagi kehidupan ummat manusia. Namun disisi lain teknologi juga menebar beraneka ragam ancaman serius bagi kesehatan dan keselamatan masyarakat, terutama bagi para pekerja dan lingkungan sekitar lokasi industri. Potensi ancaman terhadap kesehatan dan keselamatan kerja tersebut ada yang "latent" ada pula yang "manifest." Begitu pula proses kemunculannya ada yang berlangsung gradual ada pula yang muncul spontan. Dari sudut konfigurasi ketenaga-kerjaan tampilnya "kelompok pekerja profesional" sebagai elemen vital bagi kelangsungan dan kemajuan perusahaan, mendorong perlunya perhatian serius terhadap kelompok pekerja, baik demi kelangsungan perusahaan maupun demi peningkatan produktivitas..Dalam industri modern, posisi pekerja profesional memang menjadi faktor penentu mati hidupnya perusahaan. Sementara mendidik pekerja menjadi profesional selain membutuhkan biaya tinggi juga waktu panjang. Karena itu demi menopang kehidupan danperkembangan perusahaan aspek kesehatan dan keselamatan kerja perlu perhatian serius agar kualitas para pekerja tidak mengalami degradasi. Metode pelaksanaan dilakukan dengan cara sosialisasi dan memberikan pendampingan pada pekerja secara langsung. Observasi langsung berdiskusi dengan pekerja Hasil dari pengabdian masyarakat ini sangat positif dalam meningkatkan Implementasi Budaya K3 (Budaya Keselamatan / Safety Culture), budaya K3 dibangun atas komitmen bersama, sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja (SMK3) yang mumpuni, dan persepsi bersama yang menekankan pentingnya K3, sehingga membentuk kebiasaan keselamatan kerja ( SafetyCulture)yang berkesinambungan.
Downloads
Article Details
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
References
Beritasatu. 2020. Kecelakaan Kerja Masih Tinggi, Kemnaker Jangan Hanya Pentingkan Serimonial, diakses 14 Maret 2020, .
BPJS Ketenagakerjaan. 2019. Angka Kecelakaan Kerja Cenderung Meningkat, BPJS Ketenagakerjaan Bayar Santunan Rp 1,2 Triliun, diakses 26 Februari 2020,.
International Labour Organization (ILO). 2018. Menuju Budaya Pencegahan Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang Lebih Kuat di Indonesia, diakses 14 Maret 2020, .
Cooper, D. 2001. Improving Safety Culture: a practical guide, Hill: Applied Behavior Sciences.
Mangkunegara. 2016. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan Cetakan Ke 13, PT. Remaja Rosdakaraya Offset, Bandung.
Hasan, M.K. and Younos, T.B., 2020. Safety culture among Bangladeshi university students: a crosssectional survey. Safety science, 131, p.104922.
Zwersloot, G.I.J.M., Middelaar, Johan Van., Van der Beek, Dolf. 2020. Repeated assesment of process safety culture in major hazard industries in the Rotterdam region (Netherlands). Journal of Cleaner Production. 257. 120540. https://doi.org/10.1016/j.jclepro.2020.120540
Cakıt E, Jan Olak A, Murata A, Karwowski W, Alrehaili O, Marek T.. 2019. Assessment of the perceived safety culture in the petrochemical industry in Japan: A cross-sectional study. PLoS ONE. 14(12): e0226416. https://doi.org/10.1371/ journal.pone.0226416