PEMERIKSAAN KADAR BILIRUBIN TOTAL PADA PENDERITA TUBERKULOSIS PARU YANG TELAH MENGKONSUMSI OBAT ANTI TUBERKULOSIS SELAMA 3-6 BULAN DI UPT KESEHATAN PARU MASYARAKAT PROVINSI SUMATERA UTARA
Main Article Content
Abstract
Tuberkulosis paru adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosa. Karena tingginya kasus TB di Indonesia, untuk itulah dibutuhkan pengobatan TB, yang dinamakan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) yang terdiri isoniazid, etambutol, pirazinamid, rifampicin dan streptomisin yang harus dikonsumsi selama 6-8 bulan. Akan tetapi, OAT memiliki efek samping terutama menggangu fungsi hati yang dapat dinilai melalui pemeriksaan kadar serum SGOT, SGPT dan bilirubin. Untuk mengetahui kadar bilirubin total pada penderita TB Paru yang mendapat pengobatan selama 3 – 6 bulan di UPT Kesehatan Paru Masyarakat. Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif crosscectional dengan menggunakan rekam medik pasien TB Paru yang telah mengkonsumsi obat anti tuberkulosis selama 3 – 6 bulan. Terjadi peningkatan kadar bilirubin total selama pengobatan OAT 3 – 6 bulan ditemukan sebesar 19 orang (90%). Dimana penderita laki – laki sebanyak 11 orang, dan penderita perempuan sebanyak 8 orang. Pemeriksaan kadar bilirubin normal 2 sampel (10%) dimana penderita laki – laki 1 orang dan penderita perempuan 1 orang.
Downloads
Article Details
Syarat yang harus dipenuhi oleh Penulis sebagai berikut:
Â
- Penulis menyimpan hak cipta dan memberikan jurnal hak penerbitan pertama naskah secara simultan dengan lisensi di bawah Creative Commons Attribution License yang mengizinkan orang lain untuk berbagi pekerjaan dengan sebuah pernyataan kepenulisan pekerjaan dan penerbitan awal di jurnal ini.
- Penulis bisa memasukkan ke dalam penyusunan kontraktual tambahan terpisah untuk distribusi non ekslusif versi kaya terbitan jurnal (contoh: mempostingnya ke repositori institusional atau menerbitkannya dalam sebuah buku), dengan pengakuan penerbitan awalnya di jurnal ini.
- Penulis diizinkan dan didorong untuk mem-posting karya mereka online (contoh: di repositori institusional atau di website mereka) sebelum dan selama proses penyerahan, karena dapat mengarahkan ke pertukaran produktif, seperti halnya sitiran yang lebih awal dan lebih hebat dari karya yang diterbitkan. (Lihat Efek Akses Terbuka).